Kilas Balik 2011 : Pengalaman di Negeri Jiran

2 Comments

Tahun 2011 kemarin, aku sering pergi ke Kuala Lumpur Malaysia karena ada proyek yang dikerjakan. Hampir setiap bulan sekali pergi ke sana, kadang sendiri, kadang ada rekan di Javan IT Services yang menemani.

Apa yang kurasakan setiap kali datang ke Kuala Lumpur adalah banyak kagumnya, bagaimana negara kecil ini, berpenduduk sepersepuluh dari Indonesia dengan kekayaan alam lebih kecil serta teringat bagaimana beberapa WNI menyebut mereka malingsia, bisa membangun negaranya dengan sangat-sangat baik. Transportasi umum yang tertata rapi, program mobil nasional, budaya antri, tertib dan bersih serta bagaimana program-program pemerintah untuk mendukung tumbuhnya industri khususnya industri kreatif (IT dan Multimedia). Tahun 2011 mungkin menjadi saksi bagaimana film Ipin dan Upin menjadi tontonan wajib generasi muda Indonesia.

Transportasi umum di Kuala Lumpur sangat baik. Dimulai dengan transportasi terpadu dari bandara yang akan membawa ke KL Sentral. Dari bandara, ada banyak pilihan kendaraan umum, baik bis dan kereta api. Tidak perlu menunggu lama untuk berangkat ke KL Sentral. Di KL Sentral ada banyak sekali kendaraan umum yang siap membawa ke berbagai penjuru Kuala Lumpur mulai dari LRT, komuter, bis, taksi, dan sebagainya. Proses pembelian tiket juga canggih yaitu dengan menggunakan mesin. Minuman juga dijual dengan vending mesin dan semuanya terawat. Berbeda sekali dengan kondisi mesin umum di Indonesia yang umumnya tidak akan bertahan lama karena dijahili tangan-tangan tidak bertanggung jawab.

Beli TIket di Mesin

Cerita berikutnya adalah tentang mobil nasional. Hampir sepanjang mata memandang, sebagian besar mobil yang digunakan rakyat Malaysia adalah mobil produksi dalam negeri, kalau bukan proton ya perodua. Kualitasnya sangat bagus, harganya sangat terjangkau bagi kantong rakyat Malaysia, pernah melihat iklan mobil perodua dimana cicilannya seharga cicilan motor bebek di Indonesia. Itu mungkin salah sebab kenapa hampir semua keluarga punya mobil di sini. Walaupun hampir semua orang punya mobil, hal itu tidak membuat jalanan menjadi macet. Pintu tol dibuat otomatis, sehingga proses pembayaran sangat cepat, ada tiga pilihan untuk membayar tol : bisa tunai, pakai smartcard (ditempel kartunya ke suatu alat kemudian saldonya berkurang), ada juga smart tag (ada suatu alat, ketika mau lewat pintunya cukup diarahkan maka saldo akan berkurang). Berbeda dengan Indonesia dimana pintu tol hampir terjadi antrian panjang kecuali di pintu tol yang sepi.

Hal berikutnya adalah tentang dukungan pemerintah terhadap tumbuhnya industri kreatif. Dimulai dengan cerita dari partner di malaysia yang bilang kalau tender di sini ketika harganya 100 maka vendor akan mendapatkan 100, tidak kurang. Berbeda dengan di Indonesia… you know what… Cerita berikutnya tentang pembuatan film animasi dimana banyak sekali hibah untuk membiayai produksi. Hal ini membuat pengembang menjadi bersemangat karena produknya ada yang membeli. Berbeda dengan di Indonesia ketika bilang kalau ongkos produksi membuat sebuah film animasi berdurasi 30 menit adalah 80 juta, salah seorang menteri menimpali dengan “ongkos produksi segitu mahal sekali, bisa ga 5 jutaan?”.

Ada banyak sekali inovasi-inovasi yang dilakukan oleh negara tetangga, sedangkan negaraku masih sibuk dengan cerita sejarah. Kita hidup di masa sekarang, masa lalu adalah pelajaran bagi kita untuk semakin maju ke depannya, bukan untuk duduk manis, lalu tertidur pulas sambil bermimpi indah. Kerja keras dibutuhkan dengan tujuan untuk mensejerahterakan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi. Ada iklan di TV nasional Malaysia dimana menampilkan para atlitnya seperti Safee Ali, Lee Chong Wei, dan sebagainya yang bilang kalau mereka menang untuk kebanggan rakyat Malaysia.

Pesan moralnya adalah saatnya belajar, bekerja, berkarya untuk masyarakat di sekitar. Jangan cuman diam dan bangga dengan sejarah.

Kilas Balik 2011 : Perjalanan Mengembangkan Ngomik.com

6 Comments

Selama tahun 2011 ini ngomik.com, sebuah produk yang perusahaanku ciptakan yang idenya pengen menjadi penerbit digital dari karya-karya anak bangsa yang hebat-hebat di bidang komik, mendapatkan banyak sekali apresiasi. Ada banyak kompetisi yang memang lagi hype juga di tahun ini seperti iMulai, BubuAwards, dan SparxUp. Selain itu juga ikutan kompetisi lain seperti INAICTA tapi kali ini ngomik.com belum lolos. Sangat bangga melihat sebuah karya yang diciptakan dengan ide yang sederhana, adanya produk lain yang mirip, bug di sana sini namun bisa mendapatkan perhatian dan apresiasi dari banyak orang.

Selain lomba dan kompetisi, ngomik.com di tahun ini ketiban rezeki berupa adanya sponsor yang mau menanggung membantu pembiayaan hosting ngomik.com. Sungguh membantu mengingat saat ini ngomik.com belum menghasilkan uang yang banyak. Ngomik.com juga mendapatkan bantuan dari kawan lama yang menyediakan mekanisme pembelian komik premium dengan menggunakan pulsa. Aku jadi tahu ada banyak potensi yang bisa dikembangkan dari mekanisme mobile billing ini. Walau akhirnya di tahun ini ada hambatan berupa adanya kasus pencurian pulsa yang mengakibatkan semua mobile billing sempat dihentikan. Respon dari pasar ngomik.com awalnya sangat hangat dengan metode ini, namun dengan adanya kasus tersebut sempat membuatku takut mereka tidak percaya dan takut ngomik.com juga akan mencuri pulsa mereka.

Di tahun ini, aku juga akhirnya sempat ngobrol-ngobrol dengan investor. Dengan membawa konsep ngomik.com ini, akhirnya aku bisa memahami sedikit pola pikir investor (aku ingin jadi investor). Bagaimana investor berani untuk mengambil resiko mewujudkan suatu bisnis yang masih kecil hingga akhirnya bisa mendapatkan banyak uang kalau bisnis itu sukses, sungguh cemerlang. Namun hingga tutup tahun 2011, akhirnya aku masih belum mendapatkan investor, ada yang sudah sampai ke tahap berapa banyak uang yang mau dia investasikan namun tidak jadi.

Pelajaran yang aku dapat dari ngomik.com di tahun 2011 ini adalah sungguh menyenangkan menciptakan sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah. Ngomik.com mencoba menyelesaikan masalah komikus yang kesulitan menerbitkan karyanya. Dengan menciptakan solusi ini aku bisa bertemu banyak orang, mulai dari juri kompetisi, teman-teman yang sama-sama entrepreneur, penerbit, komikus, orang yang ingin jadi komikus, hingga investor. Masing-masing memberu i cerita sendiri. Mulai dari cerita tentang produk sejenis yang dulu pernah ada namun gagal menghasilkan uang, cerita tentang bagaimana setelah rajin menerbitkan karya di ngomik.com akhirnya penerbit mengontak dia untuk menerbitkan karyanya dalam bentuk buku, hingga investor yang percaya bahwa produk ini memiliki prospek yang bagus ke depannya.

Ngegoes to work

3 Comments

Sudah hampir dua minggu kantorku pindah ke tempat baru, jika sebelumnya di kebon bibit utara yang dekat dengan rumah, sekarang pindah ke Surapati Core yang berjarak sekitar 6 km dari rumah. Jika dulu ke kantor dengan berjalan kaki, sekarang saya ada dua pilihan apakah mau naik angkot caheum – ledeng atau bersepeda. Berkat dorongan si istri, kalau tidak ada halangan saya bersepeda.

Jika dulu susah sekali meluangkan waktu untuk berolahraga, sekarang lebih mudah. Hampir tiap pagi dan sore hari harus mengayuh sepeda dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Tidak terlalu melelahkan tapi cukup berkeringat.

Berkaitan dengan bersepeda, ada gambar menarik tentang hal ini.

Di situ simulasikan tempat yang dibutuhkan untuk memindahkan 60 orang. Di gambar itu dilihatkan kalau pakai mobile seperti apa, kalau pakai bus seperti dan pakai sepeda seperti apa. Memang saat ini, jalanan sudah tidak nyaman. Banyak sekali kendaraan bermotor baik mobil atau sepeda motor. Khususnya mobil, yang sering saya perhatikan adalah banyak yang satu mobil hanya diisi oleh satu orang penumpang. Kebayang khan mobil yang sebesar itu diisi oleh satu orang. Tentu saja jalanan akan cepat penuh.

Beberapa waktu lalu juga diceritakan oleh seorang kawan yang bekerja sebagai sales mobil. Dalam sebulan dia ditarget untuk menjual minimal 4 buah mobil. Di showroom dia, ada sekitar 10 orang sales yang selevel dengan dia. Di bandung ada sekitar 8 showroom dan itu hanya untuk satu merek mobil (daihatsu). Dengan hitung-hitungan itu maka dalam sebulan untuk mobil daihatsu di bandung akan ada 4x10x8 = 320 mobil baru setiap hari.

Kita semua harus mulai memikirkan masalah trasnportasi ini, karena jika tidak maka waktu kita yang sangat berharga akan terbuang sia-siang dengan bermacet ria di jalan. Selain itu masalah polusi dan ekonomi juga berjalan seiring dengan masalah trasnportasi. Angkutan massal yang nyaman, aman, dan murah mungkin merupakan solusi terbaik yang diberikan, namun sepertinya sangat sulit sekali merealisasikannya di negara ini.

Semoga dengan bersepeda bisa menjadi sehat, paling tidak bisa mengurangi polusi dan kepadatan kendaraan di jalan raya. 

Makan di bawah Jembatan

2 Comments

Beberapa waktu ini, aku dan istriku lagi menyukai tempat makan baru, yaitu di bawah jembatan pasopati Bandung. Sudah bertahun-tahun jembatan dan warung makan itu ada, namun dalam jangka waktu sebulan ini kami baru berani berkesempatan mencobanya. Tempat makan yang pastinya dianggap tidak layak oleh sebagian besar orang. Tempat makan kaum yang tidak mampu masuk ke restoran-restoran mahal.

Letak warung itu seadanya, aku yang cukup tinggi postur badannya harus membungkuk ketika memasukinya. Tidak ada yang mewah dari tempat makan itu, atapnya adalah jembatan pasopati, 1 buah meja besar, dan 2 buah kursi panjang. Kebanyakan yang makan disana adalah para tukang becak, pengamen dan pengemis yang beroperasi di sekitar jembatan pasopati tamansari.

Menunya juga sederhana, ketika pagi hari (baru sempat mencoba makan pagi, makan siang dan malam belum pernah) tersedia ikan mas goreng, ayam goreng, telur dadar, gehu, tempe dan bala-bala. Yang spesial adalah secara default, porsi nasinya adalah super jumbo. Hal ini memang karena target pasarnya adalah kalangan yang mementingkan kenyang dibandingkan gizi.

Pagi ini kami berdua makan dengan menu nasi putih, ikan patin, telur dadar, gehu dan tempe masing-masing dua. Berapa coba harga yang harus kami bayar untuk porsi seperti itu? Hanya Rp 8.500. Kami berulang kali memastikan apakah semuanya sudah terhitung dan si penjual menjawab sudah. Sebuah harga yang sangat murah, hingga kami berdua bertanya-tanya berapa penghasilan yang didapat baik oleh penjualnya apalagi oleh pembelinya. Pasti sangat minim. Kami termasuk pembeli yang makan cukup banyak lauk, rata-rata yang makan disana hanya makan nasi putih dan satu buah lauk, bisa telor saja, ikan saja, kadang ada yang pakai tahu saja.

Itulah realita yang ada di negara ini. Kadang terdengar kalau harga di berbagai tempat makan fastfood adalah murah, bagi kaum yang lain itu sangat mahal. Ketika kita merapikan tata kota dengan merelokasi dan melarang tempat jualan yang tidak resmi, namun ada kaum-kaum yang daya belinya sangat rendah sehingga jika penjual harus menyewa tempat, harga makanannya tidak akan terjangkau.

Banyak sekali PR yang harus diselesaikan…

Liputan : Pembuatan SIM jalur normal di Polres Bandung

Leave a comment

Hari ini, tanggal 1 november 2011 saya membuat SIM di polres bandung jalan jawa. Ketika baru datang, ada oknum yang menawari apakah mau mengurus sendiri atau dibantu, tentu saja pilih yang sendiri. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membuat surat keterangan sehat dari dokter umum yang telah disediakan. Di sini dites buta warna, lihat tulisan dari yang besar sampai kecil seperti di dokter mata/toko kacamata, tensi darah, berat dan tinggi badan. Biaya yang perlu dikeluarkan di pos ini adalah Rp 30.000.

Langkah berikutnya adalah mengikuti tes teori. Di pos ini menyertakan surat keterangan yang didapat dan fotocopy ktp seraya menunjukkan ktp asli. Di pos ini tidak dipungut biaya. Tes teorinya ternyata mengasyikkan, tidak lagi menggunakan kertas dan bolpen melainkan audio visual. Setiap soalnya berupa video kasus, lalu saya harus memilih benar atau salah. Segera setelah tes selesai, langsung diumumkan siapa yang lulus dan yang gagal di layar. Untuk bisa lulus, minimal benar 21 dari 30 pertanyaan. Spoiler kebanyakan jawaban adalah salah, jadi kalau sudah bingung jawabannya apa, pilih aja salah :D.

Aplikasi tes teori SIM C

Setelah lulus tes teori, langsung tes praktek, di pos ini juga tidak dipungut biaya. Lulus dari tes praktek, kemudian saya diharuskan membayar asuransi sebesar Rp 30.000 yang mengcover kematian maksimal 2 juta, cacat tetap 2 juta, rumah sakit 200 ribu untuk jangka waktu 5 tahun, sama dengan masa berlaku SIM. Lalu saya harus membayar biaya administrasi di bank BRI sebesar Rp 100.000.

Setelah proses administrasi beres, kemudian menunggu proses pengambilan foto. Sungguh perubahan yang sangat besar menurut saya mengingat beberapa tahun lalu, kalau pengen cepat harus membayar lebih, sekarang dengan jalur normal yang menghabiskan biaya total 160 ribu bisa selesai dalam sehari. Walaupun sebenarnya cukup lama juga sih, saya datang pukul 8.30 baru selesai dapat SIM pukul 12.00

* tetep kalau pakai bantuan, proses pembuatan SIM akan lebih cepat -_-. Sewaktu menunggu antrian foto, nama saya tidak dipanggil-panggil. Awalnya sabar, lama-kelamaan kesal juga karena ada orang yang ikut tes kloter kedua (saya pertama) sudah dipanggil. Ternyata jalur normal dipisahkan, yang dipanggil duluan adalah yang menggunakan bantuan. Setelah protes, baru berkas saya diberikan dan dipersilahkan untuk difoto.

Older Entries Newer Entries